Hari ini saya bersama reka-rekan dari komunitas
Sidomblogger memcoba untuk memperbaiki diri, mencari pelajaran hidup dari
mereka yang penuh keterbatasan dan kekurangan.
Yayasan Pembinaan Anak Cacat Aceh (YPAC), adalah salah
satu sekolah luar biasa. Yang terletak di Lambaroe jln Banda Aceh – Medan Km 4.5.
foto bersama anak-anak di YPAC |
Sekolah ini menampung 150 siswa/i dari berbagai daerah. Mulai
dari Sekolah dasar (SD) hingga Sekolah menengah atas (SMA). Dari umur 7 tahun
hingga umur 25. Tuna Netra, Tuna Rungu,
Tuna Rahita, Tuna Daksa, dan banyak lain nya keterbatasan yang dimilki oleh
siswa disana.
Yayasan ini juga memiliki asrama bagi mereka anak-anak dari luar Banda Aceh, dan hanya diberi izin pulang pada waktu libur sekolah, berbanding terbalik dengan anak yang berdomisili di sana, mereka selalu di antar jemput oleh keluarganya. Mereka hanya belajar dari hari senin sampai rabu, selebihnya adalah kegiatan esktra kurikuler.
Seperti Dewi, siswa SMA kelas 2 saat
dijumpai dalam ruang latihan musik. saat itu ia sedang latihan bernyanyi, katanya
dalam waktu dekat ini mereka akan mengitu lomba nyanyi di Hotel Hermes, Banda Aceh.
Rekan dari komunitas SidomBlogger ikut latihan menyanyi, bersama Dewi |
Melihat kepintaran mereka dalam bernyanyi, membuat senior saya pun juga ikut latihan besama
mereka.
Banyak prestasi yang sudah di raih oleh siswa di sekolah
luar biasa ini, seperti bidang olah raga
dan kesenian. Banyak dari mereka yang sudah keluar Aceh untuk mengkuti lomba, ke Bali, Medan, dan Jakarta.
Ingin rasanya mencari informasi lebih
dalam mengenai mereka, namun banyak guru saat itu yang tidak mau berbagi informasi.
Ada satpam dan ibuk
asrama yang akirnya bersedia berbagi cerita mengenai anak-anak itu.
“mereka disini sudah seperti anak-anak kami semua, berat rasa nya ketika meninggalkan mereka,” kata pak Azhar Anis yang sudah tujuh tahun menjaga sekolah ini.
Apakah bapak ada rasa maengeluh ketika sedang menjaga mereka ? tanya saya, pak Azhar menjawab, saya tidak pernah mengeluh dalam menjaga mereka, anak-anak ini adalah keluarga saya, tertawa gembira selalu bersama mereka.
Hal yang membuat saya lebih menarik lagi yaitu, kantin yayasan ini dikelola oleh mereka sendiri, tanpa
bantuan seorang guru. Mereka belajar bagaimana menciptakan sebuah organisasi
dengan manajemen yang baik.
foto bersama anak-anak yang mengelola kantin |
Amirul, siswa SD kelas satu yang mengalami Tuna Rungu
tidak bisa mendengar dan bicara. Sepertinya ia bakalan jadi fotografer penerus
saya nanti. Siswa ini Menambah kesenangan saya ketika itu, melihat salah seorang
dari kami memegang kamera ia pun langsung meminta, dan memotret semua teman di
sekitarnya.
Berat hati melangkah kan kaki meninggal kan meraka,
setelah bersama-sama canda tawa. Namun Allah Maha Mengetahui, tiba-tiba rintik
hujan turun, sehingga menambah kebersamaan dengan mereka. Mungkin Allah
berbicara lewat hujan.
Hujan pun semakin deras, Herian Kuah Miko dan Erwin, siswa
asal dari Takengon Aceh Tengah yang masih duduk di kelas dua SMA ini, tiba-tiba
menghampiri saya. “Dari mana bang?” Tanya miko. “Abang dari
kampus UIN dek,” jawab saya. Melihat keramahan mereka, saya pun langsung tertarik dan berbincang
lama dengan Miko dan Erwin tentang budaya Gayo.
bersama Miko |
Abang ingin
sekali ke tanah Gayo, ujar saya kembali padanya. Dan miko pun langsung bercerita
panjang tentang budaya gayo. Sehingga saya di ajarkan salah satu kesenian
didong yang selama ini saya gila kan.
Bersama bang Khalis, bang Zulham, dan bang hidayatullah, rekan dari sidomblogger. Kami pun langsung terbawa dalam alunan syair dan tepukan tangan yang di
ajarkan mereka. Ini adalah pengalaman
sangat berharga bagi saya, belajar didong dari seoarang anak dengan
keterbatasan seperti Miko dan Erwin. Selain saya juga ada kak rahmi, salah satu
rekan dari kami yang juga ikut belajar tarian bersama
mereka.
Belajar Didong bersama Miko, Erwi, dan bang Zulham |
Dengan berkat hujan yang turun, melengkai rasa kebersamaan kami dengan mereka. Mereka banyak memberi arti kehidupan bagi saya, semangat yang selalu ada membuat mereka
tetap tegar. perjuangan hidup yang
dijalani dari segala keterbatasan, membuat kita sadar bahwa akan kesempurnaan yang
kita miliki.
Kenapa kita tidak pernah bisa seperti mereka, dengan begitu banyak
kekurangan namun mereka tetap tegar bahkan kelebihan yang dimiliki, melibihi
kita sendiri yang normal. Semangatku, adalah kelebihanku, menjadi pedoman berarti bagi mereka hingga
tetap bersemangat, terus belajar dan meraih kesuksesan.
bereh zuhri... pengen lagi datang kesana...:)
BalasHapusMantap (y), gini seharusnya, banyak2 melihat sisi kebaikan, jangan banyak publish keburukan..
BalasHapusWah... jadi ingat terus kenangan kita ke sana... kapan2 kita ke sana dan tulis tentang permainan Voli dan Sepakbola kita.. Okey
BalasHapusSubhanallah ya.. Walau tak hadir, saya merasa ada di YPAC hari itu, melalui tulisan ini. Terimakash Zuhri. Tulisannya menggugah.
BalasHapusPerhatikan cara penggunaan kutipan langsung (" .. ") dan tidak langsung. Juga jangan sungkan dibaca ulang tulisan sebelum diposting, untuk meminimalisir kalimat yang bernada janggal. :D Terusakan!